Senin, 03 April 2017

UTS BANDINGAN CERITA RAKYAT JAKA TARUB DAN CERITA RAKYAT HAGOROMO



UTS
BANDINGAN CERITA RAKYAT JAKA TARUB DAN CERITA RAKYAT HAGOROMO
Oleh : Sri Aju Indrowaty
Nim. T111608005

BAB 1 . Pendahuluan
       Sejak manusia itu ada, sampai tersebar di berbagai wilayah yang sekarang ini disebut Negara. Terdapat berbagai macam ras bangsa yang pasti juga menimbulkan perbedaan pemikiran dalam berbagai hal tentang kehidupan dan kebudayaannya.
       Menarik sekali apabila kita tanpa sengaja membaca cerita rakyat yang berasal dari Negara lain yang ternyata mempunyai kesamaan dengan cerita rakyat negeri sendiri. Berikut ini cerita rakyat dari Indonesia  “ Jaka Tarub” yang mempunyai berbagai kesamaan dengan cerita rakyat dari Negara Jepang yaitu “Hagoromo”.
       Terlepas dari unsur pengaruh mempengaruhi dari budaya yang satu ke budaya yang lain dan  adanya berbagai persamaan dan perbedaan, maka berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis membandingkan cerita rakyat Jaka Tarub dan cerita rakyat Jepang Hagoromo. Sehingga dapat dirumuskan yang diteliti adalah seperti yang di bawah ini.
1.2                Rumusan Masalah
1.   Bagaimanakah persamaan antara cerita rakyat Jaka Tarub dan cerita rakyat Hagoromo ?
2.   Bagaimanakah perbedaan antara cerita rakyat Jaka Tarub dan  cerita rakyat Hagoromo?

1.3                Tujuan Penelitian
1     Mendeskripsikan persamaan antara cerita rakyat Jaka Tarub dan cerita rakyat Hagoromo ?
2     Mendeskripsikan perbedaan antara cerita rakyat Jaka Tarub dan  cerita rakyat Hagoromo?

1.4                Manfaat Penelitian

       Penelitian ini mempunyai dua manfaat yaitu secara teoritis, yaitu penelitian ini diharapkan untuk memperoleh pengetahuan tentang cerita rakyat dari Negara sendiri ternyata mempunyai berbagai kesamaan dengan dengan Negara lain, yaitu dalam hal ini adalah Negara Jepang. Dari segi praktis, penelitian ini diharapkan dapat mendorong minat para peneliti agar tergerak meneliti berbagai persamaan budaya antara budaya yang satu dengan budaya yang lain.
BAB 2. Kajian Pustaka
2.1                Konsep Historis Komparatif
       Mattew Arnold menggunakan istilah ini pertama kali dalam bahasa Inggris ketika menerjemahkan  istilah J.J Ampere  untuk istilah Histoire Comparative sedang ilmuwan dari Perancis  A.F. Villeman yang menyebutnya Literature Compare (Wellek an Werren, 1993:47) tanggapan tentang Komparatif Bandingan lebih sering melahirkan tentang pendapat siapa mempengaruhi siapa, atau dari segi ilmu siapa yang mencuri karya siapa (Hutomo, 1993:111).
       Kajian cerita rakyat dalam hal ini digolongkan sebagai sastra bandingan dapat digolongkan menjadi beberapa kelompok. Hotomo (1993:19) membagi kajian dalam praktek sastra bandingan di Indonesia menjadi 3 kelompok. Pertama, sastra bandingan dalam kajian filologi, kedua, sastra bandingan dalam hubungannya dengan sastra lisan dan yang ketiga, sastra bandingan tulis baik yang ditulis dalam bahasa Indonesia yang masih bernama bahasa Melayu, maupun yang ditulis dalam bahasa Indonesia (setelah sumpah pemuda, 1928)
2.2.      Konsep Struktur
       Dalam riset mini ini, peneliti menggunakan teori strukturalisme, yaitu teori yang terpusat pada struktur sebuah karya baik sastra tulis maupun lisan. Semi (1988:34) membagi struktur fiksi menjadi dua bagian yaitu: 1. Struktur luar/ekstrinsik dan 2. Yaitu struktur dalam yaitu intrinsik. Contoh struktur luar yaitu faktor sosial ekonomi dan kebudayaan. Sedang struktur dalam seperti tema, penokohan, alur/plot, pusat pengisahan, latar dan gaya bahasa.
BAB 3. Metode Penelitian
       Metode penelitian dalam riset mini ini menggunakan metode analisis deskriptif komparatif. Metode deskripsi dilakukan dengan cara mendeskripsikan struktur cerita rakyat Jaka Tarub dan Hagoromo. Sedang metode Komparasi adalah dengan membandingkan kedua cerita rakyat tersebut, hasil perbandingan itu berupa persamaan dan perbedaan struktur. Kemudian dari kedua struktur tersebut diidentifikasi.rita
       Mengingat obyek penelitian ini berupa perbandingan cerita rakyat, maka metode yang dipakai adalah metode kepustakaan. Penelitian kepustakaan digunakan untuk mengumpulkan data dari sumber kepustakaan karena terdapat berbagai versi cerita baik dari cerita rakyat Jaka Tarub, maupun dari cerita rakyat Hagoromo.
BAB 4. Pembahasan
4.1 Sinopsis JAKA TARUB
       Disuatu desa, hiduplah seorang perempuan yang biasa dipanggil Mbok Randa,dia mempunyai anak angkat bernama Jaka Tarub yang telah tumbuh menjadi seorang pemuda dewasa yang tampan dan sangat senang berburu. Suatu hari ketika dia berburu seperti biasanya, dia mendengar suara wanita yang kurang jelas karena ditelan dedauanan, karena penasaran Jaka Tarub akhirnya menuju kesumber suara secara mengendap-endap.
       Jaka Tarub melihat 7 orang gadis cantik yang sedang mandi di telaga, hampir bersamaan dengan itu,dia juga melihat beberapa lembar selendang yang tergeletak dipinggir telaga, ada bisikan dari dalam diri Jaka Tarub untuk mengambilnya,dan secara mengendap-endap dia mengambil salah satunya. Ketika para gadis yang ternyata bidadari itu hendak kembali ke khayangan, salah satu dari mereka anic karena tidak menemukan selendangnya, tapi keenam bidadari lain tidak dapat berbuat apa-apa. Melihat hal tersebut Jaka Tarub mendekati sang bidadari yang tertinggal bernama Dewi Nawang Wulan itu, Dewi Nawang Wulan terpaksa harus menceritakan semuanya,Dewi Nawang wulan tidak punya pilihan lain,akhirnya dia ikut ke rumah Jaka Tarub. Hari berganti hari, mereka menikah dan mempunyai anak.
       Bagaimanapun Dewi Nawang Wulan adalah seorang bidadari sehingga dia mempunyai kelebihan, salah satunya adalah dapat membuat sebakul nasi hanya dari satu biji padi, asalkan tidak ada yang mengetahui hal itu, itulah sebabnya Dewi Nawang Wulan melarang suaminya untuk membuka tanakan nasinya, namun Jaka Tarub tidak sanggup menahan rasa penasarannya, dia membuka tanakan nasi itu dan sangat terkejut karena hanya ada satu biji padi di dalamnya.
       Jaka Tarub menanyakan perihal itu ke isterinya, ketika itu pula Dewi Nawang Wulan kehilangan kesaktian. Karena telah sepenuhnya menjadi manusia biasa, Dewi Nawang Wulan pun harus bersusah payah untuk membuat kebutuhan sehari-hari,harus bersusah-susah menumbuk padi, dan mengambil padi dilumbung. Semakin lama, padi dilumbung semakin berkurang. Sampai suatu hari,ketika Dewi Nawang Wulan ingin mengambil padi, dia menemukan selendangnya terselip diantara butir-butir padi. Dewi Nawang Wulan merasa sedih sekaligus gembira,dia senang karena mengetahui dia akan segera berkumpul bersama teman-temannya, dia sedih karena harus berpisah dengan keluarganya, tapi tak ada pilihan lain,dia harus meninggalkan Jaka Tarub yang sedari tadi ternyata melihat ia telah berubah menjadi bidadari lagi. Dewi Nawang Wulan hanya berpesan agar suaminya membuat sebuah dangau di dekat pondoknya sesaat sebelum kembali ke khayangan.

4.2 Sinopsis  HAGOROMO
      Pada zaman dahulu, ada seorang petani yang bernama Inukai. Dinamakan demikian karena pemuda itu memelihara Anjing dan dimana-mana selalu ditemani Anjing. Suatu hari Inukai pergi ke ladang, di dekat ladang terdapat danau. Pada hari itu terdapat hal yang luar biasa. Sesuatu yang indah dan berkibar ditiup angin. Ternyata sesuatu yang berkibar itu adalah baju milik Bidadari yang bernama Tanabata.
       Ketika Tanabata sedang asyik mandi di danau itu, Inukai segera mengambil baju bidadari yang indah itu. Segera setelah mandi di danau, betapa terkejutnya Tanabata karena pakaiannya sudah tidak ada. Bertanyalah Tanabata kepada Inukai yang berada dekat danau tentang pakaiannya yang bernama Hagoromo. Inukai menjawab bahwa ia akan memberikan pakaian Tanabata bila dia memenuhi permintaannya yaitu menjadi isterinya. Tanabata menyanggupi asalkan memang benar bajunya dikembalikan.
       Akhirnya merekapun menjadi sepasang suami isteri.Apabila Tanabata bertanya tentang pakaiannya selalu suaminya mengatakan nanti dulu,……nanti dulu………..Setelah berbulan-bulan kemudian lahirlah seorang anak laki-laki.  Suatu hari Tanabata pergi ke kota. Inukai yang bersama anaknya sendirian memberitahukan tentang rahasia tempat penyimpanan baju ibunya yaitu di tabung bambu. Barulah sang anak mengetahui bahwa ibunya adalah seorang bidadari.
       Keesokan harinya ketika Inukai pergi ke ladang seperti biasa, ditemani anjingnya. Anaknya tidak tahan menyimpan rahasia memberitahukan kepada ibunya tentang pakaiannya. Setelah memberi sisir kepada anaknya yang terbuat dari emas, dan cermin yang terbuat dari perak terbanglah Tanabata kembali ke kayangan. Sekembalinya dari ladang Inukai menjumpai anaknya menangis sambil menunjuk ke langit dan berteriak “Ibu …. Ibu ….” Tahulah Inukai sekarang bahwa istrinya kembali ke kahyangan. Sejak itu, Inukai tidak pernah ke ladang lagi dan kerjanya hanya melamun sambil menatap langit.
        Pada suatu hari, datanglah seorang laki-laki yang bertanya mengapa Inukai bersedih hati. Segera Inukai mengungkapkan keinginanya untu bisa pergi ke kahyangan. Paman itu menjawab bahwa keinginan itu bisa terwujud apabila iniukai membuat 1000 pasang sandal jerami dan dengan sandal itu akan bisa naik ke kahyangan dengan memanjat pohon semangka.
        Seketika itu juga Inukai membuat sandal jerami dan setiap kali meyelesaikan sepasang, pasti akan memandang langit. Demikian berhari-hari kemudian kerjanya hanya membuat sandal jerami, tanpa memperdulikan siang dan malam. Ketika sampai pada sandal yang ke-999, habislah kesabarannya. Saat itu tumbuhlah semangka yang semakin lama semakin besar tanpa ragu-ragu lagi Inukai segera memanjat pohon itu dengan diiringi anjingnya.
        Setelah 7 Hari 7 malam memanjat, sampailah ia pada pucuk pohon semangka padahal kahyangan masih beberapa jengkal lagi. Disuruhlah anjingnya untuk memanjat terlebih dahulu. Dengan memegang ekor anjingnya, sampailah Inukai di halaman kahyangan yang luas. Disana terdapat banyak bidadari, sehingga Inukai menjadi kebingungan. Maka dipanggilah Tanabata. Tepat saat itu Tanabata tepat berdiri di dekat tiang, untunglah Inukai segera menemukannya.
        Tanabata terkejut sekali dan bertanya dengan cara yang bagaimana suaminya bisa pergi ke kahyangan. Inukai segera bercerita apabila ia lapar cukup dengan mengambil semangka yang ada di dekatnya. Tanabata berkeinginan untuk memakan semangka itu juga tetapi apa yang terjadi setelah semangka itu diiris memancarlah air yang tiada henti-hentinya dari dalam semangka. Maka terbentuklah sungai yang sangat luas yang memisahan keduanya. Akhirnya yang pria menjadi bintang Altair dan istrinya menjadi  bintang Vega. Mereka saling terpisah dan saling menangisi.
4.3 Persamaan antara cerita rakyat Jaka Tarub dan Hagoromo
       Dalam cerita Hagoromo diawali dengan keinginan Inukai untuk menyembunyikan baju seorang perempuan, yang tanpa sengaja dilihatnya sedang mandi di sungai. Ternyata perempuan itu bidadari yang berasal dari langit. Pada Jaka Tarub yang tanpa sengaja mendengar dendang suara gadis ditengah hutan dan gadis itu sedang mandi. Untuk pertama kalinya dalam hidupnya Jaka Tarub terpesona oleh kecantikan wanita. Jaka Tarub beringsut mendekati pakaian mereka dan mengambil salah satunya. Kedua cerita baik cerita Jaka Tarub maupun Hagoromo diwarnai dengan jatuh cintanya seorang pemuda pada seorang gadis yang baru pertama kali dilihatnya, yang ternyata adalah bidadari. Pada kedua cerita juga adanya janji yang telah diucapkan tetapi tidak ditepati. Pada Jaka Tarub ketika Nawangwulan mencuci baju di sungai dan melarang suaminya untuk pergi ke dapur. Tetapi Jaka Tarub melanggar pesan istrinya. Dan di Hagoromo Inukai berjanji untuk mengembalikan baju Tanabata asalkan permintaannya dipenuhi, tetapi Inukai ingkar janji.
4.4 Perbedaan antara cerita rakyat Jaka Tarub dan Hagoromo
        Terdapat perbedaan alur cerita pada Jaka Tarub setelah Nawangwulan kembali ke kahyangan cerita berakhir sedang pada Hagoromo Inukai menyusul ke kahyangan dengan membuat sandal jerami. Perbedaan yang lain pada Jaka Tarub tokoh pendukungnya adalah Bupati Tuban, Rasawulan, Syekh Maulana, Nyi Randa Tarub, serta anak perempuan dari Jaka Tarub dari Nawanwulan bernama Nawangsih. Sedang pada cerita Hagoromo kedua tokoh utama dikaruniai anak laki-laki dan juga adanya seorang kakek yang member petunjuk untuk bisa pergi ke kahyangan. Perbedaan yang lain adalah cerita rakyat Jaka Tarub terjadi di Indonesia, khususnya daerah Jawa. Sedangkan Hagoromo terjadi di Jepang. Hal ini diperkuat pada cerita Hagoromo ketika hendak menyusul ke kahyangan Inukai disuruh membuat sandal jerami sehingga dapat dikatakan bahwa lingkungan tempat kejadiannya berbeda. Tentang gaya bahasa juga terdapat perbedaan. Pada cerita Jaka Tarub gaya bahasa yang dipakai bersifat komunikatif dan lugas, karena ditujukan untuk dibaca oleh seluruh tingkatan usia. Sedang gaya bahasa pada cerita Hagoromo lebih didominasi dengan bahasa perulangan bahasa Jepang seperti Hira-hira, oya-oya dan banyak memakai bahasa puisi.
BAB 5. Simpulan
       Dari hasil perbandingan antara cerita rakyat Jaka Tarub dan cerita rakyat Hagoromo yang berasal dari Jepang, terdapat banyak sekali persamaan persamaannya meski juga terdapat berbedaannya. Adapun persamaan dan perbedaannya adalah,
 Persamaannya :
1.   Seorang pemuda yang mengambil baju terbang milik bidadari yang kemudian jatuh cinta dan mengawininya.
2.   Adanya pelaku yang bukan orang biasa (bidadari)
3.   Janji yang telah  diucapkan ternyata diingkari.
Perbedaannya :
1.   Cerita Jaka Tarub di Indonesia, sedang cerita Hagoromo di Jepang
2.   Hal yang terjadi setelah bidadari memperoleh kembali bajunya
3.   Adanya latar belakang yang berbeda, karena tempat kejadian yang berbeda pula
     

Daftar Pustaka
Abdul Rozak Zaidan dkk. (1995). Seminar Kesusastraan Bandingan. Kualalumpur : Balai Seminar Bahasa dan Pustaka
Hutomo, Suripan Sadi (1993). Merambah Matahari Pengantar Sastra Bandingan. Surabaya : Gaya Masa  
----------Jaka Tarub. Seri Cerita Rakyat : Citra Budaya Bandung
----------------(1975). Nihon Mukashi Banashi Shuu. Rikio Tsubota.Japan.
----------------(1996). Pengajaran Gaya Bahasa. Bandung : Angkasa  
----------------Tanoshii Zansho. Tokyo Shuppan Kabushiki Kaisha.
----------------Tenjo no Yomesan (1963). J.Tsubota& Okawa : Japan
Wellek, Rene dan Austin Warren (1993). Teori Kesusastraan. Melalui Budianta Penerjemah. Jakarta : Gramedia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar