Adab
bertamu menurut Tatakrama Adat Sasak dan Tatakrama Orang Jepang
Oleh
:
Sri
Aju Indrowaty
Nim.
T111608005
1. Pendahuluan
Negara Indonesia adalah
Negara dengan berbagai suku bangsa yang mempunyai berbagai adat istiadat dan
berbagai ragam bahasa pula. Terdapat pula cara atau adat menerima tamu, karena menurut
sebagian masyarakat Indonesia “ Barang siapa yang beriman kepada Allah, hendaklah
dia memuliakan tamunya” (HR.Bukhari).
Sejak dulupun ada berbagai peribahasa
yang berkaitan dengan berbagai tatacara kehidupan, misalnya saja “Habis manis
sepah dibuang” yang artinya setelah dipergunakan maka tidak diacuhkan lagi. Disamping
adanya peribahasa orang Indonesia juga mengenal Kiasan, Sajak, Perumpamaan dan
lain sebagainya. Ada peribahasa yang
sangat tepat sekali digunakan untuk berkunjung ke suatu daerah atau bertamu ke
suatu tempat yaitu “Masuk ke dalam kandang kambing mengembik, masuk ke dalam
kandang kerbau menguak” artinya menyesuaikan diri dengan tempat dan keadaan.
Apabila kita simak ternyata budaya
Jepang terdapat pula cara memuliakan tamu. Bahkan ada juga idiom yang
berhubungan dengan penerimaan tamu yaitu, 一期一会(Ichi
go ichi e)
yang artinya One time, one meeting,
apabila ada kesempatan sekali, maka ada sekali bertemu. Idiom itu ditafsirkan
dengan kesempatan yang sekali untuk bertemu, janganlah disia-siakan, sehingga
menurut adat Jepang tamu juga sangat dimuliakan dengan berbagai jamuan yang
tidak akan terlupakan.
2.
Metode Penelitian
Menurut
Vestergaard dan Schröder (via Rani, dkk., 2004: 20), salah satu fungsi bahasa
didayagunakan untuk menyampaikan ekspresi (berupa emosi, keinginan, atau
perasaan) penyampai pesan (komunikator). Fungsi bahasa itu disebut fungsi
ekspresif. Selain fungsi ekspresif, masih dibedakan lagi fungsi bahasa atas
fungsi direktif, fungsi informasional, fungsi metalingual, fungsi
interaksional, fungsi kontekstual, dan fungsi puitik. Fungsi
direktif berorientasi pada penerima pesan. Dalam hal ini, bahasa dapat digunakan
untuk mempengaruhi orang lain, baik emosinya, perasaannya, maupun tingkah
lakunya. Selain itu, bahasa juga dapat digunakan untuk memberikan keterangan,
mengundang, memerintah, memesan, mengingatkan, mengancam, dan sebagainya.
Fungsi informasional bahasa berfokus pada makna, yakni untuk menginformasikan
sesuatu. Fungsi metalingual berfokus pada kode, yakni bahasa digunakan untuk menyatakan sesuatu
tentang bahasa. Fungsi interaksional bahasa berfokus pada saluran, yakni bahasa
digunakan untuk mengungkapkan, mempertahankan, dan mengakhiri suatu kontak
komunikasi antara penyampai pesan dan penerima pesan. Fungsi kontekstual bahasa
berpedoman bahwa suatu ujaran harus dipahami dengan mempertimbangkan
konteksnya.
Dikemukakan
oleh Malinowski (via Koentjaraningrat, 1980) bahwa fungsi bahasa sebagai salah
satu anasir kebudayaan adalah kemampuannya untuk memenuhi kebutuhan dasar atau
beberapa kebutuhan yang timbul dari kebutuhan dasar, yaitu kebutuhan sekunder
warga dalam suatu masyarakat. Dikemukakannya pula, bahwa segala aktivitas
kebudayaan itu sebenarnya bermaksud memuaskan suatu rangkaian dari sejumlah
kebutuhan naluri makhluk manuisa yang berhubungan dengan seluruh kehidupannya
(Koentjaraningrat, 1980:171).
3.
Pembahasan
3.1
Adab
bertamu Adat Sasak
Kapan saja dan siapa saja
dapat datang ke rumah seseorang untuk bertamu, baik dengan berjanji terlebih
dahulu atau tanpa membuat janji terlebih dahulu. Dalam bahasa Sasak
bertamu disebut betemue. Bertamu yaitu mengunjungi
rumah orang lain baik itu keluarga, sahabat kerabat atau siapa saja. Apabila
seseorang pergi mengujungi rumah orang lain, dalam tatakrama adat Sasak ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan yaitu:
A.
Waktu Bertamu
Perlu
diketahui bahwa untuk bertamu, tidak ada ketentuan mengenai adanya waktu-waktu
tertentu. Konsep orang Sasak tentang waktu lebih longgar, sama sekali
tidak terikat oleh alat penjaga waktu yang selalu dililit di tangan yang
bernama arloji. Konsep waktu orang Sasak lebih berkaitan dengan waktu alami
yang berhubungan dengan waktu untuk salat. Sehingga dalam pergaulan dan membuat
jadwal-jadwal, seringkali ditentukan waktu ba’da ashar, ba’da magrib
dan sebagainya.Waktu bertamu yang juga dianjurkan adalah pada malam
hari setelah salat isya (jam 20.00) sampai sekitar jam 22.00, atau bahkan bisa
lebih lama dari itu.Waktu antara saat shalat Magrib dan lsya’ bagi
kebanyakan orang Sasak, dipergunakan untuk beribadah (shalat) dan atau untuk
makan malam. Karena itu sebaiknya tidak dipilih saat-saat itu untuk berkunjung.
Tamu yang akan berkunjung harus benar-benar mengetahui waktu yang luang tuan
rumah yang akan dikunjungi.
B.
Tata Cara Bertamu
Tamu yang datang
hendaklah terlebih dahulu mengucap salam agama “ Assalmu’alaikum Warahmatullahi
Wabarakatuh”, barulah mengetuk pintu. Apabila tuan rumah sudah membuka pintu
dan mempersilakan masuk, maka tamu sedikit membungkuk memberi hormat lalu
masuk. Biasanya tuan rumah menyilakan tamunya duduk, apakah dengan bersila atau
duduk di atas korsi. Pada masa dahulu amat jarang dijumpai korsi tempat duduk.
Biasanya digunakan lante *)
sebagai alas tempat duduk bersila.
Di rumah orang
Sasak, acapkali ditemukan Berugaq* ).
Ukuran lumrahnya 2,5 x 2 meter yang biasa juga disebut sekepat ( berugak
bertiang empat ). Selain Berugaq, ada juga bale jajar ( karena konstruksi tiangnya berjajar) atau
disebut sekenem yang jumlah tiangnya enam buah. Fungsi sekenem sama dengan
berugaq tetapi ukurannya lebih luas, sekitar 5×3 meter. Di sinilah lazimnya
orang Sasak menerima tamu yang diakrabinya. Karena berbentuk bale-bale sehingga
di kedua jenis bangunan (berugaq atau bale jajar/sekenem) tidak
disediakan kursi, akan tetapi caranya dengan duduk bersila.
Perlu juga diperhatikan bahwa jika
memasuki rumah untuk bertamu, secara umum berlaku tradisi melepas alas kaki,
sepatu ataupun sandal. Kecuali jika tuan rumah terus menerus melarang melepas
alas kaki, jika tamu mau, dapat juga tidak melepasnya.
C.
Menerima Suguhan
Tidak jarang, kopi
sebagai suguhan tunggal tuan rumah terhadap tamunya. Dalam hal kopi sebagai
suguhan tunggal, tuan rumah akan menyampaikan ungkapan basa-basi dengan
mengatakan: kopinya wanen *),
maksudnya kopi itu dihadirkan sendiri tanpa ada penganan lain yang
menyertainya. Tetapi suguhan minum bisa juga ditemani kue dari jenis apa saja,
tidak ada yang standar. Orang Sasak suka dengan suguhan kopi. Banyak
diantaranya memiliki cita rasa yang tinggi sehingga terampil membedakan
secangkir kopi yang diseduh dengan air yang baru mendidih dengan panas yang
cukup, air panas dimasak dengan kayu bakar. Begitu pula, bisa di bedakan antara
kopi yang dimasak pakai kekete* ).
D.
Hal Tabu Ketika Bertamu
1. Mengambil
atau Memegang dengan Tangan Kiri
Orang Sasak, pada dasarnya tidak menerima budaya tangan
kiri (left-handed). Anak-anak yang terlahir kidal,
dipaksa untuk mengubah bawaan alaminya untuk mengikuti “Budaya tangan kanan” dengan cara yang kadang-kadang
dipaksakan.
Bagi
masyarakat Sasak, ada perbedaan yang tegas antara fungsi tangan kanan dan
tangan kiri dalam penggunaannya. Orang Sasak menganggap bahwa tangan kanan
adalah “Tangan baik” sedangkan tangan kiri adalah “Tangan kotor” yang wilayah
penggunaannya terbatas, paling untuk urusan membersihkan sesuatu yang
dianggap kotor. Ini budaya Sasak dan tidak terlalu dipermasalahkan.
Tangan
kiri memiliki image yang lebih buruk sehingga tidak digunakan untuk memberi dan
menerima sesuatu bahkan untuk menerima uang sekalipun. Tangan kiri tidak
dipakai menunjuk sesuatu, atau mengambil makanan. Khusus bagi seseorang
yang kidal tentu saja tidak akan dipandang tidak sopan jika ia menulis,
mengoperasikan alat tertentu, atau kegiatan lainnya, sepanjang itu dilakukan untuk
dirinya sendiri tanpa ada hubungan komunikasi dengan orang lain. Khusus dalam
hal menunjuk, cara yang dianggap paling sopan adalah menunjuk dengan jempol
jari tangan kanan. Perlu digaris bawahi juga bahwa menggunakan kaki untuk
menunjuk sudah tentu sangat melanggar aturan tatakrama adat Sasak.
2. Hindari
kata Kamu
Kosa kata yang
paling dihindari penggunaannya dalam percakapan dengan orang Sasak adalah kata
kamu “ ente” untuk laki-laki dan “kemu” untuk
wanita Meskipun percakapan tersebut menggunakan Bahasa Indonesia yang
tidak mengenal strata dalam kosa katanya, tetapi orang Sasak terlanjur
memandang kata kamu sebagai kata yang kasar dan dipakai untuk menyatakan
kemarahan atau merendahkan lawan bicara. Karena itu, sangat dihindari penggunaannya
dan digantikan dengan kata situ, Anda atau “side” (bahasa
Sasak).
Untuk menyatakan orang kedua tunggal
(kamu) kepada orang yang dihormati karena status sosialnya maupun karena
usianya yang lebih tua, digunakan kata pelinggih atau pelungguh. Jika lawan
bicara berstatus tertinggi yang bergelar Datu (laki-laki) atau Dinde
(perempuan) atau Raden Nune (laki-laki belum menikah), digunakan kata
Pelungguh Dekaji. Tetapi untuk yang terakhir ini sangat jarang digunakan,
lebih-lebih pada zaman sekarang yang sudah banyak mengalami pergeseran
Kata side digunakan dalam percakapan antara dua orang
yang setara dari segi usia atau status sosial. Jadi, mesti berhati-hati dengan
kata yang satu ini, kalau ada orang Sasak dikatakan kamu, ente, atau kemu dan mereka diam, perlu bijak dalam
menafsirkan diamnya itu. Artinya, sebenarnya mereka merasa tidak nyaman, tetapi
sekaligus mencoba belajar menerima perkataan itu.
3.
Ketika Makan Bersama
aturan kecil yang mesti diperhatikan. Adalah bijak bagi tamu
jika mengenal tradisi keseharian tuan rumah. Seseorang akan merasa lebih
dihargai jika menyaksikan bahwa tamunya bersedia mengikuti tradisi yang dianut
tuan rumah. Itu bisa membuat tuan rumah menjadi lebih cepat akrab.
Pertama, jangan mulai mengambil makanan sebelum tuan rumah atau salah
seorang yang akan mewakil tuan rumah mempersilahkan. Tuan rumah biasanya akan
mempersilakan dengan mengatakan: dawek. ngaturang, atau silaq.atau silaq ngiring mulei.
Kedua, ambil dan suaplah makanan hanya dengan tangan kanan. Tangan
kiri jangan pernah dipakai. Selain itu, orang Sasak makan dengan lauk dan
daging dari wadah yang sama, dan tidak selalu disediakan sendok. Memang terasa
lebih akrab, kendatipun sudah mulai dipertanyakan dari segi kesehatan dan
kebersihan, namun inilah yang sudah teradat di Gumi Sasak.
Ketiga, selama acara makan bersama berlangsung, tidak boleh
membicarakan hal-hal yang menjijikkan, membuang ingus, mengunyah makanan sampai
mulut berbunyi mecak *) bahkan tidak
umum berbicara berlebihan.
Keempat, jika seseorang telah selesai makan, tidak berarti boleh
langsung cuci tangan. Tunggulah sampai orang lain sudah selesai makan dan
dipastikan ada seseorang yang akan menawarkan untuk mengakhiri acara makan
bersama tersebut. Jika anda sudah terlanjur selesai dan belum juga ada yang
mempersilahkan menutup acara makan bersama tersebut, dibolehkan mengambil apa
saja hidangan yang masih tersedia, biasanya kacang-kacangan yang gurih.
4.
Bersiul
Bagi orang Sasak, ekspresi kesenangan dengan cara bersiul mesti dilakukan pada
tempat dan waktu yang pantas. Bersiul di malam hari sangat dilarang. Begitu
pula, bersiul di wilayah-wilayah yang bersifat pribadi seperti di dalam rumah.
Demikian juga di pekarangan rumah tidak dibolehkan.
Tempat
yang dipandang pantas untuk bersiul adalah di tempat umum, seperti di jalan
raya, di kebun, di sawah, di ladang, dan tempat-tempat sejenis. Mitos yang
berkembang di kalangan suku Sasak dalam hal bersiul yaitu bisa mengundang
datangnya ular. Entah apa kaitannya, tetapi diduga itu hanya jalan pikiran
untuk menakut-nakuti sehingga seseorang tidak bersiul di tempat-tempat yang
merupakan wilayah pribadi.
5.
Mengumpat
Dalam konteks pergaulan dan keakraban
yang dalam, terutama di kalangan orang Sasak kebanyakan, dua orang Sasak yang
saling bertemu, akan saling mengumpat dengan kata-kata yang kotor lagi kasar,
tetapi kadang banyak di antara mereka mereka mampu membedakan antara umpatan
untuk keakraban dengan umpatan untuk menghina atau karena marah dan kesal. Di
tengah-tengah bermaki-makian dan berumpat ria itu, satu hal yang tidak boleh
dilakukan, yaitu seorang laki-laki tidak boleh mengumpat kepada seorang wanita
dengan menyebut kemaluan wanitanya. Itu bisa tergolong pelanggaran adat. Tetapi
jika saling umpat di antara sesama wanitanya meskipun dengan menyebut
kemaluan wanita, tidak termasuk pelanggaran.
6.
Pegang Kepala, Telinga dan Pundak
Bagi orang Sasak,
ada tiga bagian tubuh yang tidak boleh dipegang atas alasan yang berbeda yaitu
kepala, telinga dan pundak. Jangan coba-coba memegang kepala laki- laki di
luar keperluan untuk bercukur atau mungkin mencabut ubannya. Mereka sangat
menjaga kepalanya agar tidak dipegang sembarang orang, karena diartikan sebagai
tindakan merendahkan atau terkalahkan. Lain lagi maknanya memegang telinga.
Mereka tak menyukainya karena ini salah satu cara untuk menantang berkelahi.
Memegang pundak juga tidak lazim. Seseorang yang telah dipegang pundaknya merupakan
pertanda ia telah dikuasai (under controlled)
oleh pemegangnya. Kadang orang Sasak beranggapan bahwa dipegang pundaknya
berarti direndahkan.
7.
Berludah
Selain mengumpat
seperti disebutkan di muka, dalam mengekspresikan perasaan marahnya, orang
Sasak juga akan memperlihatkan dengan cara berludah. Tetapi cara berludah di
sini bukan dilakukan dengan cara yang lazim sebagaimana berludah alami,
melainkan dengan membuat tarikan kuat di rongga mulut lalu dikeluarkan dengan
tekanan dan bunyi yang kuat pula bekoeek Biasanya bekoeek*) dilakukan dengan cara yang
demonstratif, langsung di depan seseorang yang ingin dijadikan target
kemarahannya. Ada kalanya orang yang ditargetkan tidak di tempat maka dapat
juga diperlihatkan kepada lawan bicara yang ada, akan tetapi tetap saja untuk
memperlihatkan kemarahannya kepada orang ketiga yang dibencinya.
Berludah
di dalam rumah juga sangat dihindari oleh orang Sasak. Lebih-lebih jika ada
orang lain teman duduk, maka jangan berludah secara langsung di depannya,
melainkan dengan cara permisi terlebih dahulu dan keluar sebentar untuk
keperluan berludah.
3.2
Adab bertamu Orang Jepang
Kalau berada di
jepang harus mengetahui kebiasaan orang jepang, supaya tidak dianggap aneh.
Begitupun, bila bertamu ke rumah mereka dan kebetulan menginap, harus mengetahui
kebiasaan-kebiasaan mereka.
Ada beberapa point kebiasaan orang jepang sehari-hari :
A. Makan pakai sumpit
Kebiasaan orang jepang kalau makan pakai sumpit. Kecuali kalau makan sup. Itu pun kadang mereka malas pakai sendok dan mengapit isi sup pakai sumpit. Sedangkan kuahnya dihirup sama mangkoknya. Kelihatan aneh, tapi begitulah mereka. Orang Jepang merasa aneh kalau melihat kita makan nasi pakai sendok.
B. Pakai kaos kaki
Orang jepang selalu pakai kaos kaki. Kalau mau masuk rumah, mereka akan melepaskan sepatunya sedangkan kaos kaki tetap terpakai, nanti di depan pintu tersedia sendal untuk berganti ketika mau masuk rumah. Sendal itu wajib dipakai, dan jangan lepas kaos kakimu.
Ketika hendak ke toilet, ada sendal toilet khusus di depan pintu toilet. Ganti sendal rumah dengan sendal toilet ketika hendak buang air besar/kecil. Biasanya sendal rumah hanya akan dilepas ketika masuk kamar.
Jangan sesekali memakai sepatu di dalam rumah kalau tak mau dianggap aneh oleh mereka.
C. Pintu geser dan tempat tidur
Rumah orang jepang kebanyakan memakai pintu geser, kecuali pintu depan. Karena rumah orang jepang kebanyakan minimalis, penggunaan pintu geser bisa menghemat ruang. Juga jangan kaget kalau tidur di rumah mereka tak ada ranjang atau dipan. Mereka tidur pakai futon atau kasur yang bila telah dipakai untuk tidur akan dilipat kembali kemudian disimpan di lemari.
Ruangan yang telah kosong tersebut akan dipasang meja kecil untuk minum teh dan sarapan. Usahakan jangan tidur kesiangan nanti sarapan dan teh jepang yang telah dipersiapkan tersebut akan dingin, jadi tak enak lagi disantap.
D. Biasakan salam
Orang jepang akan senang kalo bertemu ngucapin salam, seperti ‘Ohayou gozaimasu’, ‘Konnichiwa’ dan ‘konbanwa’. Ketika makan bersama mereka, sebelum bersantap ucapkan ‘itadakimasu’ dan setelah selesai makan ucapkan ‘gochiso sama deshita’, untuk menghargai hasil masakan mereka. Dan jangan segan-segan mengucapkan ‘Arigatou Gozaimasu’ sebagai ucapan terima kasih.
E. Cara duduk
Orang jepang duduk dengan cara kakinya dilipat belakang, seperti posisi duduk attahiyat awal dalam sholat. Jangan duduk secara sembarangan seperti kaki diselongsorkan atau kaki ditopang didagu, tidak sopan katanya, apalagi tidak pakai kaos kaki, nanti dipikiran mereka kita orang yang jorok.
Kalau tidak biasa cara duduk seperti mereka, bisa juga dengan cara duduk bersila, orang jepang banyak juga yang tak tahan duduk seperti itu apalagi kaum lelaki, mereka yang tak tahan memilih duduk bersila.
F. Jangan bercanda berlebihan
kalau berkunjung kerumah teman tidak afdol kalau tidak canda-candaan. Begitupun berkunjung ke rumah teman orang jepang, tak seru kalau tidak bercanda. Kebiasaan orang Jepang kalau memukul kepala teman itu candaan biasa ‘plak’, orang yang dipukul tertawa tanda senang.
Kebiasaan orang Indonesia kalau dipukul kepala begitu pasti akan marah. Solusinya kita harus ngomong adat dan budaya Indonesia yang tak boleh dipukul kepalanya.
Ada beberapa point kebiasaan orang jepang sehari-hari :
A. Makan pakai sumpit
Kebiasaan orang jepang kalau makan pakai sumpit. Kecuali kalau makan sup. Itu pun kadang mereka malas pakai sendok dan mengapit isi sup pakai sumpit. Sedangkan kuahnya dihirup sama mangkoknya. Kelihatan aneh, tapi begitulah mereka. Orang Jepang merasa aneh kalau melihat kita makan nasi pakai sendok.
B. Pakai kaos kaki
Orang jepang selalu pakai kaos kaki. Kalau mau masuk rumah, mereka akan melepaskan sepatunya sedangkan kaos kaki tetap terpakai, nanti di depan pintu tersedia sendal untuk berganti ketika mau masuk rumah. Sendal itu wajib dipakai, dan jangan lepas kaos kakimu.
Ketika hendak ke toilet, ada sendal toilet khusus di depan pintu toilet. Ganti sendal rumah dengan sendal toilet ketika hendak buang air besar/kecil. Biasanya sendal rumah hanya akan dilepas ketika masuk kamar.
Jangan sesekali memakai sepatu di dalam rumah kalau tak mau dianggap aneh oleh mereka.
C. Pintu geser dan tempat tidur
Rumah orang jepang kebanyakan memakai pintu geser, kecuali pintu depan. Karena rumah orang jepang kebanyakan minimalis, penggunaan pintu geser bisa menghemat ruang. Juga jangan kaget kalau tidur di rumah mereka tak ada ranjang atau dipan. Mereka tidur pakai futon atau kasur yang bila telah dipakai untuk tidur akan dilipat kembali kemudian disimpan di lemari.
Ruangan yang telah kosong tersebut akan dipasang meja kecil untuk minum teh dan sarapan. Usahakan jangan tidur kesiangan nanti sarapan dan teh jepang yang telah dipersiapkan tersebut akan dingin, jadi tak enak lagi disantap.
D. Biasakan salam
Orang jepang akan senang kalo bertemu ngucapin salam, seperti ‘Ohayou gozaimasu’, ‘Konnichiwa’ dan ‘konbanwa’. Ketika makan bersama mereka, sebelum bersantap ucapkan ‘itadakimasu’ dan setelah selesai makan ucapkan ‘gochiso sama deshita’, untuk menghargai hasil masakan mereka. Dan jangan segan-segan mengucapkan ‘Arigatou Gozaimasu’ sebagai ucapan terima kasih.
E. Cara duduk
Orang jepang duduk dengan cara kakinya dilipat belakang, seperti posisi duduk attahiyat awal dalam sholat. Jangan duduk secara sembarangan seperti kaki diselongsorkan atau kaki ditopang didagu, tidak sopan katanya, apalagi tidak pakai kaos kaki, nanti dipikiran mereka kita orang yang jorok.
Kalau tidak biasa cara duduk seperti mereka, bisa juga dengan cara duduk bersila, orang jepang banyak juga yang tak tahan duduk seperti itu apalagi kaum lelaki, mereka yang tak tahan memilih duduk bersila.
F. Jangan bercanda berlebihan
kalau berkunjung kerumah teman tidak afdol kalau tidak canda-candaan. Begitupun berkunjung ke rumah teman orang jepang, tak seru kalau tidak bercanda. Kebiasaan orang Jepang kalau memukul kepala teman itu candaan biasa ‘plak’, orang yang dipukul tertawa tanda senang.
Kebiasaan orang Indonesia kalau dipukul kepala begitu pasti akan marah. Solusinya kita harus ngomong adat dan budaya Indonesia yang tak boleh dipukul kepalanya.
4. Simpulan
Dari tatacara menerima tamu dan cara bertamu
baik dari suku Sasak di Lombok dan Jepang menunjukkan bahwa kita harus mengenal
adat istiadat orang yang akan kita datangi. Beberapa point diatas pernah tidak
saya lakukan ketika itu awal-awal saya ke jepang lalu diajak main kerumah
teman. Sehingga dari keluarga Jepang yang mengundang saya melihat dengan
terheran-heran. Sehingga supaya jangan terulang lagi kejadian salah dalam
penafsiran budaya atau pemahaman yang baik akan budaya lain atau Cross Culture
Understanding maka mencari dari buku-buku
dan berbagai referensi tentang kebiasaan mereka. Kalau kita menghormati mereka baik dari berbagai suku
yang ada di Indonesia maupun dari Negara lain maka tidak akan terjadi kesalahan
bertindak atau bersikap saat berinteraksi dengan budaya lain khususnya saat
bertamu.
Referensi
Koentjaraningrat (1980). Sejarah Teori Antropologi I. Jakarta : UI Press
Sudirman dkk (2006). Bahan Ajar
Muatan lokal gumi sasak untuk SD/MI Kelas V : Lombok
Usman, AR (200). Ethnis Cina
Perantauan di Aceh. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia
Diakses dari :
https://pkbmdaruttaklim.wordpress.com/2013/02/04/adab-bertamu-dan-menerima-tamu. Tanggal 01 April 2017
https://pkbmdaruttaklim.wordpress.com/2013/02/04/adab-bertamu-dan-menerima-tamu. Tanggal 01 April 2017
http://nihongo-benkyoushimasu.blogspot.co.id/p/kebiasaan-sehari-hari-orang-jepang.html.
Tanggal 02 April 2017
https://muslim.or.id/1546-adab-bertamu-dan-memuliakan-tamu.html. Tanggal 30 Maret 2017
Tidak ada komentar:
Posting Komentar